1.
Pengertian Husnudzan
Husnudan artinya adalah berbaik sangka, berperasangka baik atau
dikenal juga dengan istilah positiv thinking. Lawan katanya adalah su’udzan
yang memiliki pengertian buruk sangka, berperasangka buruk atau dikenal juga
dengan istilah negativ thinking.
Perbuatan husnudzan merupakan akhlak terpuji, sebab mendatangkan manfaat. Sedangkan perbuatan su’udzan merupakan akhlak tercela sebab akan mendatangkan kerugian. Kedua sifat tersebut merupakan perbuatan yang lahir dari bisikan jiwa yang dapat diwujudkan lewat perbuatan maupun lisan.
Perbuatan husnudzan merupakan akhlak terpuji, sebab mendatangkan manfaat. Sedangkan perbuatan su’udzan merupakan akhlak tercela sebab akan mendatangkan kerugian. Kedua sifat tersebut merupakan perbuatan yang lahir dari bisikan jiwa yang dapat diwujudkan lewat perbuatan maupun lisan.
2.
Dasar Hukum Husnudzan
Berperasangka baik atau husnudzan hukumnya adalah mubah (boleh).
Sedangkan berperasangka buruk atau su’udzan Allah dan rasul-Nya telah
melarangnya, seperti dijelaskan dalam QS. Al-hujurat, 49 : 12 yang berbunyi :
Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari
prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka adalah dosa, dan janganlah kamu
mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing
sebagaian yang lain”. (QS. Al-Hujurat, 49 : 12)
Rasulullah SAW bersabda :
Artinya :“Jauhkanlah dirimu dari prasangka buruk, karena
berperasangka buruk itu sedusta-dusta pembicaraan (yakni jauhkan dirimu dari
menuduh seseorang berdasarkan sangkaan saja)”. (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Hikmah Berbuat
Husnudzan
a.
Senantiasa mensyukuri segala sesuatu yang
diberikan oleh Allah SWT
b.
Bersikap Khaof (takut) dan Raja’
(berharap) kepada Allah
c.
Optimis dan tidak berkeluh kesah serta
berputus asa
d.
Akal fikiran menjadi jernih dan
terjauhkan dari akal fikiran kotor
e.
Dicintai dan disayangi Allah SWT, Rasul
dan orang lain
f.
Terjauh dari permusuhan dan lebih dapat
mempererat silaturahmi
g.
Terjauhkan dari hal-hal yang dapat
merugikan diri sendiri dan orang lain
4.
Perbuatan-Perbuatan Husnudzan
a. Husnudzan kepada
Allah SWT
Huznuzhan kepada Allah SWT mengandung arti selalu berprasangka
baik kepada Allah SWT, karena Allah SWT terhadap hambanya seperti yang hambanya
sangkakan kepadanya, kalau seorang hamba berprasangka buruk kepada Allah SWT
maka buruklah prasangka Allah kepada orang tersebut, jika baik prasangka hamban
kepadanya maka baik pulalah prasangka Allah kepada orang tersebut. Rasulullah
SAW bersabda :
Artinya : Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Nabi saw. bersabda
: “Allah Ta’ala berfirman : “Aku menurut sangkaan hambaKu kepadaKu, dan Aku
bersamanya apabila ia ingat kepadaKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam dirinya maka
Aku mengingatnya dalam diriKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam kelompok
orang-orang yang lebih baik dari kelompok mereka. Jika ia mendekat kepadaKu
sejengkal maka Aku mendekat kepadanya sehasta. jika ia mendekat kepadaKu
sehasta maka Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepadaKu dengan
berjalan maka Aku datang kepadanya dengan berlari-lari kecil“. (Hadits
ditakhrij oleh Bukhari).
Perbuatan-perbuatan husnudzan kepada Allah SWT yang dilakukan oleh seseorang sebagai hamba-Nya adalah sebagai berikut :
Perbuatan-perbuatan husnudzan kepada Allah SWT yang dilakukan oleh seseorang sebagai hamba-Nya adalah sebagai berikut :
1) Bersabar
Sabar dalam ajaran Islam memiliki pengertian yaitu tahan uji
dalam menghadapi suka dan duka hidup, dengan perasaan ridha dan ikhlas serta
berserah diri kepada Allah. Sikap sabar diperintahkan Allah SWT dalam QS Al
Baqarah ; 153 yang berbunyi :
Artinya: “Hai orang-orana yang beriman, mintalah pertolongan
(kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat.” (QS Al Baqarah ; 153)
Ujian dan cobaan pasti kan melintas dalam kehidupan setiap
manusia. Ujian dan cobaan tersebut bentuknya beragam, hal itu bisa berupa
kemudahan dan kesulitan, kesenangan dan kesedihan, sehat dan sakit, serta suka
dan duka. Adakalanya hal itu dialami diri sendiri, keluarga, sahabat dan
sebagainya. Ketika semuanya melintas maka yang harus dilakuakan adalah apabila
itu merupakan kebahagiaan maka sukurilah dan apabila hal tersebut merupakan
kesedihan maka bersabarlah. Karena pada hakekatnya Apa yang dialami manusia itu
semua datangnya dari Allah dan merupakan ujian hidup yang justru akan menambah
keimanan kita apabila kita ikhlas menerimanya. Allah SWT berfirman : Artinya: “155. Dan sungguh akan Kami berikan
cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa
dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:
“Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.” (QS Al Baqarah : 155-156)
Apapun yang kita alami terhadap cobaan yang diberikan Allah,
kita harus berbaik sangka dan kita harus tabah serta tawakal menghadapinya.
Karena semakin sayang Allah kepada seorang hambanya maka Allah akan menguji
orang tersebut dengan cobaan yang lebih besar, sehingga kadar keimanannya
bertambah pula. Bila ia dapat bersabar menerima cobaan yang Allah berikan maka
Allah akan memberikan ganjaran yang sangat mulia yaitu mendapatkan surganya
Allah SWT seperti yang diuraikan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh bukhari:
Artinya :Dari Anas bin Malik, ia berkata : “Saya mendengar
Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya Allah berfirman : “Apabila Aku menguji
hambaku dengan kedua kesayangannya lalu ia bersabar maka Aku menggantikannya
dengan sorga”. (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).
Oleh sebab itu, apabila seseorang gagal dalam suatu usaha, maka
tidak sepantasnya menyalahkan Allah SWT atau su’udzan kepada Allah SWT dengan
menggap Allah penyebab kagagalannya, Allah tidak mendengar doanya, Allah itu
kikir, Allah tidak adil dan lain sebagainya. Sebaliknya dan sebaiknya adalah
harus berinstrospeksi diri, barangkali kegagalan tersebut disebabkan usahanya
belum sungguh-sunggu dilaksanakan secara maksimal. Kegagalan tersebut harus
dijadikan pelajaran, agar pada masa yang akan datang tidak terulang lagi dan
tetap selalu bersikap sabar terhadap segala ujian dan cobaan yang menimpa.
Berikut beberapa cara agar kita bisa selalu bersikap sabar yaitu :
a. Senantiasa Berdzikir menyebut nama Allah SWT
Zikir bisa melalui pengucapan lisan dengan memperbanyak menyebut
asma Allah. Tetapi, zikir juga bisa dilakukan dengan tindakan merenung dan
memperhatikan kejadian di sekeliling kita dengan tujuan menarik hikmah.
Sehingga akhirnya sadar bahwa segala sesuatu itu datangnya dari Allah juga.
Orang yang sabar selalu mengingat Allah dan menyebut asama Allah apabila
menghadapi kesulitan dan musibah, bahkan dalam sebuah hadits disebutkan bila
seseorang berzikir dan membaca Al Qur’an hingga ia lupa untuk meminta sesuatu
kepada Allah maka Allah akan memberikan nikmat kepadanya melebihi apa yang
sebelumnya ia inginkan
Artinya : “Dari Abu Sa’id Al Khudri ra., ia berkata : Rasulullah saw bersabda: Tuhan Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfinnan : “Barang siapa yang sibuk membaca Al Qur’an dan dzikir kepada Ku dengan tidak memohon kepada Ku, maka ia Aku beri sesuatu yang lebih utama dari pada apa yang Aku berikan kepada orang yang minta”. Kelebihan firman Allah atas seluruh perkataan seperti kelebihan Allah atas seluruh makhlukNya“. (Hadits ditakhrij oleh Turmudzi).
Artinya : “Dari Abu Sa’id Al Khudri ra., ia berkata : Rasulullah saw bersabda: Tuhan Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfinnan : “Barang siapa yang sibuk membaca Al Qur’an dan dzikir kepada Ku dengan tidak memohon kepada Ku, maka ia Aku beri sesuatu yang lebih utama dari pada apa yang Aku berikan kepada orang yang minta”. Kelebihan firman Allah atas seluruh perkataan seperti kelebihan Allah atas seluruh makhlukNya“. (Hadits ditakhrij oleh Turmudzi).
Disebutkan pula dalam Firman Allah QS Ar Ra’du ayat 28 sebagai
berikut: Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram.” (QS Ar Ra’du : 2)
Dalam ayat lain Allah menybutkan: Artinya : “Hai
orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang
sebanyak-banyaknya (QS Al Ahzab : 41)
b. Mengendalikan Emosi
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melatih
mengendalikan nafsu atau emosi agar bisa bersikap sabar yaitu:
1. Melatih serta mendekatkan diri kepada Allah
SWT dengan membaca ayat-ayat suci Al Qur’an, shalat, puasa, dan ibadah lainnya.
Seseorang tidak akan terus melampiaskan berang atau kemarahannya apabila ayat
suci Al Qur’an dibaca. Oleh karena itu, bukan hal yang aneh apabila ayat suci
Al Qur’an bisa digunakan untuk melerai orang yang bertikai. Demikian pula Rasulullah
SAW memberikan resep bagaimana caranya meredam amarah. “Berwudu’lah!” Demikian
anjuran Rasulullah SAW.
- Menghindari
kebiasaan-kebiasaan yang dilarang agama. Orang yang mampu menghindarkan
diri dari kebiasaan yang dilarang agama, akan membuat hidupnya terbiasa
dengan hal-hal yang baik dan tidak mudah melakukan perbuatan-perbuatan
keji. Orang yang tidak sabar, pada umumnya adalah orang yang tidak
perduli, bersikap kasar, berbuat keji misalnya berjudi, minum-minuman
keras, berkelahi, mengeluarkan kata-kata kotor, menyebarkan fitnah dan
masih banyak lagi.
- Memilih
lingkungan pergaulan yang baik. Agar bisa menjadi manusia yang memiliki
sifat sabar, maka bisa diperoleh dengan memasuki lingkungan pergaulan yang
baik, yang cinta akan kebenaran, kebaikan, dan keadilan.
2) Bersyukur
a) Pengertaian Syukur
Syukur menurut pengertian bahasa yaitu berasal dari bahasa Arab,
yang berarti terimakasih. Syukur secara istilah yaitu berterimakasih kepada
Allah SWT dan pengakuan secara tulus hati atas nikmat dan karunua-Nya, malalui
ucapan, sikap dan perbuatan.
b) Cara-cara bersyukur
Dengan hati.Ø Yaitu dengan cara menyadari dan mengakui
dengan tulus hati bahwa segala nikmat dan karunia adalah merupakan pemberian
dari Allah SWT dan tak ada selain Allah SWT yang dapat memberikan nikmat dan
karunia tersebut.
Dengan lisan.Ø Yaitu dengan cara mengucapkan Alhamdulillah,
mengucapkan lafal-lafal dzikir lainnya, membaca al-quran, membaca buku ilmu
pengetahuan dan amal ma’ruf nahi munkar dan senantiasa nasehat menasehati dalam
kebenaran dan kesabaran.
Dengan perbuatan.Ø Yaitu dengan cara melaksanakan segala ibadah
yang diperintahkan Allah SWT kepada kita dan menjauhi segala perbuatan yang
dilarang Allah. Syukur dengan perbuatan seperti sholat, belajar, membantu orang
tua, berbuat baik terhadap sesama manusia dan makhluk-makhluk Allah, dan
menghormati guru.
Dengan harta benda.Ø Yaitu dengan cara menafkahkan dan
membelanjakan harta benda yang telah Allah rizkikan kepada kita untuk hal-hal
yang baik dan bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat.
c) Hal-hal yang harus disyukuri
Nikmat jasmaniØ Kita harus mensyukuri karena Allah SWT telah
menciptakan kita dalam bentuk yang paling sempurna, anatomi tubuh yang sempurna
seperti bentuk hidung yang memiliki libang di bawah, telinga yang elastis, bulu
alis yang diletakkan di atas mata, tangan yang memiliki jari-jari, kuku yang
bisa mamanjang dan tidak terasa sakit ketika dipotong, panca indra yang
menjadikan segalanya menjadi terasa.
Nikmat rohaniØ Karunia dan anugrah Allah SWT atas nikmat
rohani yang patut disukuri adalah Allah telah mehirkan kita, diberikannya jasad
kita ruh, kalbu/hati, nafsu dan akal sehingga kita bisa hidup, berfikir,
merasakan senang, bahagia, sedih, marah dan perasaan perasaan yang melengkapi
segala kehidupan kita.
Nikmat dunia dan seisinyaØ Apabila kita harus menghitung satu persatu
nikmat Allah niscaya tidakalah akan terhitung jumlanya. (QS. Al-Baqarah, 2 :
152 dan QS. Ibrahim, 14 : 34). Nikmat Allah tersebar di darat, laut, udara.
Segala yang Allah ciptakan, air, bebatuan, hamparan tanah, gunung, hutan, api,
salju, hembusan angin, sinar matahari, hujan, tumbuh-tumbuhan, hewan, dingin,
panas dan seluruh isi semesta merupakan nikmat dari Allah SWT yang harus kita
syukuri.
b. Husnudzan kepada
diri kita sendiri
1. Percaya diri
Segala kemampuan yang kita miliki merupakan karunia Allah yang
harus kita syukuri. Oleh karena itu, kemampuan yang kita miliki harus kita
manfaatkan sebaik mungkin. Kemampuan yang kita miliki akan menjadi tidak
berarti apabila kita tidak percaya diri terhadap kemampuan yang kita miliki. Seseorang
yang percaya diri tentu akan yakin terhadap kemampuan dirinya, sehingga di
berani untuk menggunakan dan memanfaatkan kemampuannya dan mendapatkan hasil
atas kemampuan yang ia usahakannya.
3. Gigih
Pengertian gigih secara bahasa yaitu bersikap kerja keras. Gigis
secara istilah berarti mempunyai semangat hidup, tidak mengenal lelah, dan tidak
menyerah. Gigih juga bisa diartikan kemauan kuat seseorang dalam usaha mencapai
sesuatu cita-cita. Gigih sebagai salah satu dari akhlakul karimah sangat
diperlukan dalam suatu usaha. Jika ingin mencapai suatu hasil yang maksimal,
suatu usaha harus dilakukan dengan gigih, dan penuh kesungguhan hati. Setiap
muslim wajib memilki sifat dan sikap gigih. Gigih dalam beribadah, gigih alam
belajar untuk mencapai cita-cita dan gigih dalam mencari rezeki untuk mencukupi
kebutuhan hidup. Allah SWT berfirman dalam QS Alam Nasrah : 7 yang berbunyi:
Artinya: “ Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) maka kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (QS Alam Nasrah : 7) Ayat Al-Quran
yang menyatakan tentang anjuran bersifat gigih juga dijelaskan dalam QS.
Al-Jumu’ah : 10.
Dan diperintahkan pula dalam sabda Rasulullah SAW: Artinya:
“Mukmin yang kuat lebih bagus dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin
yang lemah, namun pada masing-masing ada kebaikannya. Bersemangatlah kamu
mencapai sesuatu yang bermanfaat bagi kamu, mohonlah pertolongan kepada Allah
dan janganlah kamu merasa tak berdaya …” (HR Muslim)
Selain sabda nabi yang tersebut di atas, dalam sabda Rasulullah
SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Sakir dinyatakan pula bahwa : Artinya :
“Bekerjalah untuk kepentingan duniamu seolah-olah kamu akan hidup selamanya,
dan bekerjalah untuk kepentingan akheratmu seolah-olah kamu akan mati besok.”
(HR. Ibnu Sakir)
Orang yang gigih tidak akan berpangku tangan dan tidak suka
bermalas-malasan sehingga ia akan merasa keberkahan hidup. Apabila setiap orang
Islam memiliki sifat gigih, niscaya hidayah dan karunia Allah akan menaungi
kita. Gigihlah dalam berusaha, Allah dan orang-orang yang beriman akan melihat
pekerjaan kita, sehingga tidak akan ada usaha kita yang sia-sia dan selalu ada
perubahan pada diri kita ke arah yang lebih baik sebagai mana sabda nabi
Muhammad SAW : Artinya : “Barang siapa yang keadaannya hari ini lebih baik dari
hari kemarin, dia adalah orang yang beruntung. Barang siapa yang keadaan hari
ini seperti kemarin dia adalah orang yang rugi, dan barang siapa yang yang
keadaan hari ini lebih buruk dari hari kemarin dia terkutuk.” (HR. Hakim)
Beberapa sikap yang dimiliki seseorang yang gigih antara lain
adalah :
a. Gigih dalam
berusaha dan menjalaninya dengan sabar dan ihlas
b. Memiliki program perencanaan
yang baik dan membagi waktu yang tepat
c. Memiliki rasa
tanggung jawab, pantang menyerah dan tidak mudah putus asa
d. Selalu memohon
pertolongan dan perlindungan Allah SWT
e. Selalu ada
keinginan ke arah perubahan yang lebih baik,
3. Berinisiatif
Inisiatif secara bahasa berasal dari bahasa Belanda yang berarti
prakarsa, perintis jalan sebagai pelopor atau langkah pertama atau teladan.
Inisiatif bisa difahami sebagai sikap yang senantiasa berbuat sesuatu yang
sifatnya produktif. Berinisiatif menuntut sikap bekerja keras dan etos kerja
yang tinggi. Seseorang yang memiliki inisiatif disebut inisiator. Sabda
Rasulullah SAW : Artinya : “ Barang siapa merintis jalan kebaikan (meletakkan
dasar), maka ia memperoleh pahala secara langsung dari perbuatannya. Disamping
juga dari pihak orang yang mengikiti jejaknya. Demikian pula barang siapa
merintis jalan maksiat maka ia tertimpa siksa ganda (kejahatan dari diri
sendiri dan orang yang menirunya).” (Al-Hadits)
Dalam Firman Allah SWT QS An Najm : 38-41 juga disebutkan : Artinya
: “39. dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya, 40. dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan
(kepadanya). 41. Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang
paling sempurna.” (QS An Najm : 38-41)
Kemudian dijelaskan pula dalam firman Allah SWT QS. Alam Nasrah
ayat 1-8 berikut ini : Artinya : “1. Bukankah Kami telah melapangkan untukmu
dadamu?, 2. dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, 3. yang memberatkan
punggungmu? 4. Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu, 5. Karena
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, 6. sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan. 7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu
urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, 8. dan hanya
kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. “ (QS Alam Nasrah : 1-8)
Renungkanlah ayat diatas. Islam mengajarkan umatnya untuk selalu
berbuat yang produktif. Artinya fokuskan pada satu pekerjaan, jika telah selesai
kerjakan yang lain. Tentu tidak hanya kerja keras saja melainkan dengan
ketekunan, ketelitian, penguasaan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, senantiasa
mengefisienskan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan atau permasalahan. Cara
dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut diatas disebut produktivitas kerja.
Senantiasa menghasilkan etos kerjanya untuk menghasilkan yang lebih baik.
Contoh perilaku yang mencerminkan perbuatan inisiatif
- Titeu
Sunrani adalah siswa yang belajar disebuah sekolah SMA formal dan sekaligus
juga belajar di pondok pesantren. Ia harus selalu bisa mengikuti mata
pelajaran SMA dan pondok pesantren, sehingga dia harus bisa membagi dan
memanfaatkan waktunya untuk belajar materi mata pelajaran SMA dan belajar
materi mata pelajaran pondok pesantren. Kunci utama inisiatif Titeu
Sunrani adalah pengaturan waktu. Ia bisa membagi waktu kapan harus belajar
mata pelajaran SMA dan belajar mata pelajaran pondok pesantren. Akhirnya
ia dapat lulus dengan baik dan mendapatkan apa yang dicita-citakannya.
- Contoh
lain: Pak Dimas adalah seorang kepala sekolah di sebuah SMA. Walaupun
beliau sibuk mengajar namun bisa membagi waktunya untuk kepentingan
sekolahnya. Selain itu ia bertempat tinggal cukup jauh dari sekolah. Jarak
tempuh dari rumah ke sekolah bisa mencapai satu jam setengan dan itu ia
jalani setiap hari, akan tetapi dia selalu tepat waktu dan tidak pernah
terlambat dan selalu menjadi orang yang pertama datang di sekolah. Hal itu
karena ia bisa memperhitungkan waktu, mendata dan menentukan skala proiritas
hal yang harus didahulukan kemudian dikerjakan dengan tekun, teliti, kerja
keras, kerja cerdas dan kerja ihlas. Sehingga seberat dan sebanyak apapun
beban pekerjaan yang dialami Pak Dimas ia dapat menyelesaikannya dengan
baik.
Kesimpulan dari contoh diatas adalah kerja keras itu bukan hanya
gigih dan semangat tinggi. Berinisiatif adalah usaha yang menghasilkan dengan
pengaturan waktu yang baik dan terencana.
4. Rela berkorban
a. Pengertian Rela Berkorban
Rela berarti bersedia dengan ikhlas hati, tidak mengharapkan
imbalan atau dengan kemaun sendiri. Berkorban berarti memiliki sesuatu yang
dimiliki sekalipun menimbulkan penderitaan bagi dirinya sendiri. Rela berkorban
dalam kehidupan masyarakat berati bersedia dengan ikhlas memberikan sesuatu (tenaga,
harta, atau pemikiran) untuk kepentingan orang lain atau masyarakat. Walaupun
dengan berkorban akan menimbulkan cobaan penderitaan bagi dirinya sendiri.
b. Bentuk Perilaku Rela Berkorban
1. Rela berkorban dalam lingkungan keluarga ;
- Biaya
untuk sekolah yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya
- Keihlasan
orang tua dalam memelihara, mengasuh, dan mendidik anak-anaknya
2. Rela berkorban dalam lingkungan kehidupan sekolah :
- Pemberian
dari siswa berupa sumbangan pohon, tanaman dan bunga untuk halaman sekolah
- Para
siswa dan guru mengumpulkan sumbangan pakaian layak pakai untuk
meringankan beban warga yang tertimpa bencana.
3 Rela berkorban dalam lingkungan kehidupan masyarakat :
- Warga
masyarakat bergotong royong meperbaiki jembatan yang rusak karena longsor
- Warga
masyarakat yang mampu menjadi guru sukarelawan bagi anak-anak yang
terlantar putus sekolah dan tidak mampu
4.Rela berkorban dalan lingkungan kehidupan berbangsa dan
bernegara :
- Para
warga negara atau masyarakat membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, seperti pajak kendaraan bermotor, pajak bumi dan bangunan
- Warga
masyarakat merelakan sebagian tanahnya untuk pembangunan irigasi dengan
memperoleh penggantian yang layak
c. CaraMenumbuhkan Sifat Rela Bekorban
- Selalu
peduli dan memperhatikan kepentingan umum, bangsa dan negara selain dari
kepentingan pribadi.
- Suka
memberikan contoh dan pembinaan yang baik kepada sesama
- Gemar
memberikan pertolongan kepada sesama
- Penyantun
dan penyayang terhadap orang lain atau lingkungan.
- Menjauhi
sifat angkuh, egois, hedonis dan matrialistis.
c. Husnudzan kepada orang lain
- Terhadap
Keluarga
- Terhadap
Tetangga
- Terhadap
Masyarakat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar