Kontrol diri,
pengendalian diri atau penguasaan diri (self regulation) merupakan
sikap, tindakan atau perilaku seseorang secara sadar baik direncanakan atau
tidak untuk mematuhi nilai dan norma sosial yang berlaku di masyarakat.
Pengendalian diri merupakan satu aspek penting dalam kecerdasan emosi (emotional
quotient). Aspek ini penting sekali dalam kehidupan manusia
sebab musuh terbesar manusia bukan berada di luar dirinya, akan tetapi
justru berada di dalam dirinya sendiri. Dengan demikian, kemana pun seseorang
pergi, maka orang tersebut selalu diikuti oleh “musuh” yang ada dalam dirinya.
Pengendalian diri atau penguasaan diri
merupakan aspek yang perlu dilatih sejak dini. Tidak ada aspek kemampuan untuk
menguasai diri yang turun dari langit, melainkan diperoleh dari proses yang
panjang dalam pengalaman hidup selama berhubungan dengan orang-orang di
sekitar. Bahkan dalam sebuah kata bijak tertulis, “Siapa yang menguasai
diri ibarat mengalahkan sebuah kota”. Diri yang kita bawa-bawa sekarang ini
dapat menguasai kita atau kita yang menguasainya, dapat menjadi sahabat atau malah
menjadi lawan. Tergantung pilihan kita menjalani hidup ini.
Hal yang harus dikendalikan dalam diri kita
antara lain perilaku berprasangka buruk kepada orang lain. Sering
kali kita saksikan perkelahian antar pelajar, bentrok antar warga. Hal ini
terjadi karena masing-masing kelompok saling mencurigai, saling berprasangka
buruk terhadap yang lainnya. Adanya kecurigaan atau prasangka buruk disebabkan
oleh tidak mampunya seseorang mengendalikan diri. Orang yang mampu
mengendalikan diri akan mampu menyelesaikan masalah tanpa harus dengan
kekerasan atau main hakim sendiri. Ia akan mengubah prasangka buruk menjadi
prasangka baik.
Tentu saja, perilaku prasangka baik akan
menjdikan kehidupan kita menjadi tenteram, akan terjalin persaudaraan (ukhuwah),
saling pengertian. Sebaliknya dengan selalu berprasangka buruk kita akan
berhadapan dengan permusuhan antar sesama dan tidak adanya ketentraman dalam
menjalani kehidupan.
Al-Qur’an mengajarkan kepada kita untuk selalu
mengontrol diri agar tidak terjebak kepada perbuatan yang tercela. Al-Qur’an
juga memerintahkan kepada kita untuk selalu berprasangka baik dan menjaga
kerukunan dan mempererat ukhuwah atau persaudaraan, baik sesama umat Islam
maupun yang lainnya.
Untuk lebih jelasnya, mari kita simak dan baca
ayat-ayat al-Qur’an tentang perilakukontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzhzhan), dan persaudaraan
(ukhuwah) berikut ini.
1. Kandungan Q.S. Al-Anfal/8: 72
Al-Qur’an surah al-Anfal/8:72
menjelaskan tentang:
a. Kaum
Muhajirin, yaitu umat Islam yang hijrah ke Madinah baik bersama Nabi Muhammad
saw. maupun yang menyusul berhijrah. Mereka hijrah dan berjihad untuk
memperjuangkan agama Allah swt. baik di Mekah maupun di Madinah.
b. Kaum Ansar, yaitu
orang-orang Madinah yang memeluk agama Islam, beriman kepada Nabi saw. dan
mereka berjanji akan sama-sama berjuang di jalan Allah, bersedia menanggung
segala resiko dan akibat yang terjadi dari perjuangan.
c. Kaum Muslimin
yang tidak berhijrah ke Madinah. Mereka tinggal di negeri yang dikuasai oleh
kaum musyrikin baik di Mekah maupun beberapa tempat di sekitar kota Madinah.
2. Kandungan Q.S. Al-Hujurat /49: 10
Al-Qur’an surah al-Hujurat /49: 10 menjelaskan bahwa
sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, oleh karena itu pereratlah tali persaudaraan. Rasulullah saw bersabda:
Artinya: “Dari Abi Musa ra. dia berkata,
Rasulullah SAW. bersabda, 'Orang mukmin yang satu dengan yang lain bagai satu
bangunan yang bagian-bagiannya saling mengokohkan. (HR. Bukhari)
Dalam hadits lain Rasulullah saw bersabda:
Artinya: “Seorang muslim adalah saudara
bagi muslim lainnya, tidak menzhalimi atau mencelakakannya. Barang siapa yang
berusaha mencukupi kebutuhan saudaranya, Allah akan mencukupi kebutuhanya.”
(HR. Bukhari)
Setiap muslim memiliki hak atas saudaranya yang sesama muslim.
Dalam hadits riwayat Bukhari dari Anas bin Malik, Rasulullah saw bersabda,
“Orang muslim itu adalah saudara orang muslim, jangan berbuat aniaya kepadanya,
jangan membuka aibnya, jangan menyerahkannya kepada musuh, dan jangan
meninggikan bagian rumah sehingga menutup udara tetangganya kecuali dengan
izinnya, jangan mengganggu tetangganya dengan asap makanan dari periuknya
kecuali jika ia memberi segayung dari kuahnya. Jangan membeli buah-buahan untuk
anak-anak, lalu dibawa keluar (diperlihatkan) kepada anak-anak tetangganya
kecuali jika mereka diberi buah-buahan itu. “Kemudian Nabi saw bersabda,
“Peliharalah (norma-norma pergaulan) tetapi (sayang) hanya sedikit di antara
kamu yang memeliharanya. “Dalam hadits shahih lain yang dinyatakan, “Apabila
seorang muslim mendo’akan saudaranya yang ghaib, maka malaikat berkata ‘Amin’,
dan semoga kamu pun mendapat seperti itu.”
1. Kandungan Q.S. Al-Hujurat /49: 12
Al-Qur’an surah al-Hujurat /49: 12 menjelaskan bahwa Allah Swt. melarangberprasangka buruk, yaitu menyangka seseorang melakukan perbuatan buruk Umar
bin Al Khathab ra. pernah
berkata, "Janganlah kalian berprasangka terhadap ucapan yang keluar dari
saudara mukmin kecuali dengan
prasangka baik. Sedangkan engkau sendiri mendapati adanya kemungkinan ucapan
itu mengandung kebaikan."
Malik meriwayatkan dari Abu Hurairah RA, bahwa
Rasulllah saw bersabda, "Jauhilah prasangka, karena prasangka itu adalah
sedusta-dusta perkataan. Janganlah kalian meneliti rahasia orang lain,
mencuri dengan, bersaing yang tidak baik, saling dengki, saling membenci, dan
saling membelakangi. Jadilah kalian ini sebagai hamba-hamba Allah yang
bersaudara." (hadis ini juga diriwayatkan oleh Bukhari, dan Muslim, juga
Abu Dawud)
Pada surah al-Hujurat /49: 12 juga terdapat
pemberitahuan tentang larangan berghibah. Ghibah masih diperbolehkan bila
terdapat kemaslahatan yang lebih kuat, seperti misalnya dalam Jarh (menilai
cacat dalam masalah hadits), Ta'dil (menilai baik/peninjauan kembali dalam
masalah hadits), dan nasihat.
Adapun bagi orang-orang yang
berghibah/menggunjing orang lain, diwajibkan bertaubat atas kesalahannya, dan
melepaskan diri darinya (bergunjing) serta berkemauan keras untuk tidak
mengulanginya lagi.
Imam Ahmad telah meriwayatkan dalam az-Zuhd,
bahwa 'Umar pernah memberikan nasihat:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar